Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024
  BERTOLAK KE SEBERANG SAMBIL MEMBAWA YESUS Dua Minggu yang silam, 50-an umat Paroki Allah Tritunggal ikut merayakan Pesta 100 tahun lahirnya Keuskupan Pangkalpinang, yang secara khusus dirayakan oleh Kevikepan Utara di alun-laun Wali Kota Batam. Dengan menggunakan speed boat , mereka bertolak ke seberang, menari di atas gelombang musim utara. Ada yang mengapresiasi penyeberangan itu dengan tawaria, tetapi ada pula, khususnya ibu-ibu, tekun berdoa memohon kepada Allah agar melindungi mereka dalam penyeberangan. Sebab melintas ke seberang   di musim utara, apalagi dengan menggunakan speed boat,     sejatinya melawan takdir. Dan oleh karena itu perlu membawa Yesus. Rasanya seperti itulah kisah penyeberangan para murid yang ditampilkan Markus untuk menutup perziarahan pekan ini. Seperti menyeberang di musim utara, ombak menyembur masuk ke dalam perahu para murid, akibat taufan dahsyat. Semua murid panik. Untunglah mereka membawa Yesus. Dalam situasi batas di mana segala kekuatan manus
  IKUTLAH MENDERITA BAGI INJILNYA Malam ini, di group WA para imam, Romo Yos Balela mengirimkan pesan duka bahwa Romo Marcel Arnould MEP telah meninggal dunia di Prancis. Imam kelahiran La Bresse-Prancis, 23 Maret 1928 ini meninggal tanggal 20 Januari 2024 di rumah jompo MEP Prancis. Ketika masih diakon, saya menggantikan beliau di Paroki Belinyu, saat ia menjalani masa cuti tahunan. Dan ketika menjadi imam muda, saya hidup bersamanya di komunitas pastoran Katedral. Di samping sebagai bapa pengakuan, kehadiran dan sosoknya yang saleh menolong pertumbuhan imamat saya. Setiap kali, bila hanya kami berdua yang makan siang bersama, saya selalu mendengar kisah-kisah pribadi yang ia sharingkan, terutama mujisat-mujisat yang ia alami dari Bunda Maria, saat berada dalam penganiayaan komunis, ketika masih menjadi misionaris di Vietnam.   Kisah-kisah mujisat dari Maria yang ia alami dalam kepungan penganiayaan komunis membuat saya paham mengapa imam saleh ini memiliki devosi yang sangat kuat
  BERTOBAT Andi F. Noya, presenter Metro TV yang terkenal itu, suatu ketika di suatu malam 10 tahun silam, membagi pengalamannya kepada kami di Hotel Mulia, Jakarta. Dalam acara penggalangan dana itu, ia bercerita bagaimana ia dulu dan bagaimana Tuhan membelokkan jalannya. “Saya dulu bukan orang yang beriman, kendati aku Kristen. Sejak muda keasyikan saya hanya memburu berita dan bagaimana menggunakan waktu mengolah berita-berita itu. Sewaktu berkeluarga, hari minggu adalah hari yang paling baik untuk tidur panjang karena beristirahat total. Setiap hari Minggu, istri membangunkan saya untuk bersama-sama ke Gereja, tetapi saya menolaknya. Kalau toh harus pergi maka saya hanya mengantar sampai di depan pintu lalu pulang melanjutkan tidur.” Begitulah pemandu acara Kick Andy itu mengawali kisahnya. “Suatu ketika saya harus menjalani tugas jurnalistik ke Tajikistan. Perjalanan menuju ke sana hanya menggunakan pesawat kecil. Cuaca sangat-sangat buruk kala itu. Penerbangan baru dimulai
  JANGAN LUPA DIRI Tinggal dan hidup di dunia bukanlah mudah. Itulah fakta yang   harus diakui. Namun bila pengakuan itu menjadi alasan pembenaran diri, justru akan menimbulkan masalah. Masalah karena manusia itu sejatinya adalah peziarah. Ia tinggal dan berjuang di dunia tetapi juga diperintahkan untuk menjadikan dunia sebagai tempat lintas menuju tanah air abadi. Itulah sebabnya sejak awal Tuhan tak sembarang menciptakan manusia. Ia memang diciptakan dari tanah, tetapi serentak pula diciptakan seturut gambar Allah. Hidupnya pun bukan dari apa yang dihasilkan dunia melainkan langsung dari nafas Allah sendiri (bdk. Kej. 1: 26-27; 2: 7). Begitulah manusia. Ia diciptakan dari tanah sehingga terikat dengan dunia, namun hidupnya tidak tergantung dari dunia, melainkan tergantung sepenuhnya pada Allah. Itulah sebabnya   dunia bagi manusia bukan tempat hidup melainkan tempat ziarah; tempat lintas menuju Allah Sang Sumber Hidup. Agar manusia sanggup menjadikan dunia sebagai tempat ziarah i
  LAWAN! HARUS BERANI MENGUSIR SETAN Setan memang sosok misterius namun daya pengaruhnya tak ada tandingan. Manusia yang tak beriman selalu menjadi kawan persekongkolannya. Namun  manusia beriman pun tak kalah banyak yang ditariknya untuk mengikuti jalan dan kehendaknya. Kekuatannya mempengaruhi siapa saja tanpa memandang muka dan status yang disandangnya. Bahkan orang yang rajin masuk rumah ibadatpun bisa dijadikan rumah kediamnnya. Banyak orang berpikir sesat seakan-akan  setan itu hanya berwajah sangar dan menakutkan, sehingga bila ia merasuki seseorang maka orang itu akan dibanting-banting, gila, tak sadarkan diri, dll. Pemikiran seperti itu kendati benar tetapi juga keliru. Keliru karena setan itu banyak akal dan penuh tipu muslihat. Justru pengalaman membuktikan bahwa mayoritas manusia dirasuki olehnya, tanpa ia harus menampakkan wajahnya yang sangar dan menakutkan. Salah satu tanda sederhana yang bisa digunakan untuk mengukur diri dikuasai atau tidak dikuasai setan adalah ke
  MINGGU III B (TANJUNG UBAN24) Fabrizio De Andre pernah menulis sebuah lagu hits di era 1970. Lagu berjudul Penjala Manusia itu melukiskan tentang kisah petualangan seseorang yang meninggalkan jala yang menghidupkannya untuk bersama Yesus mencari lautan yang lain. Dalam sepenggal syair, Fabrizio menulis sebagai berikut: “Tuhan Kau pandang dalam mataku. Dengan senyum Kau sebut namaku. Di pantai telah kutinggalkan jalaku. Bersama-Mu aku mencari lautan lain”. Lagu ini menggambarkan secara jelas bahwa panggilan mengikuti Yesus bukan sebuah usaha manusia. Panggilan adalah sebuah sapaan cinta dari Tuhan, yang keluar dari keputusan pribadi Allah terhadap orang-orang yang Ia pilih untuk mengikuti Dia dan untuk terlibat dalam karya-Nya. Panorama ini yang terlihat dalam kisah di Danau Galilea, sebagaimana disajikan Markus hari ini. Markus menggambarkan bahwa panggilan para murid awal di danau Galilea bukan inisiatif mereka. Justru keagungan cinta yang membuat Yesus sendiri menyusu
  MEMBANGUN KBG DENGAN SPIRIT PARA RASUL (Mrk. 3: 13-19)   Injil hari ini menyingkapkan kisah pemilihan para rasul. Markus melukiskan bahwa pemilihan para rasul dilakukan Yesus di atas bukit. Bukit atau gunung, sebagai tempat yang tinggi, adalah simbol kediaman Allah. Hal itu berarti pemilihan rasul dilakukan Yesus dalam persekutuan dengan Bapa dan Roh Kudus. Markus juga melukiskan bahwa para rasul yang dipilih itu bukan karena rekomendasi orang dalam; bukan pula karena kapasitas dan kapabilitas personal. Markus mengatakan bahwa keduabelas rasul yang dipilih melulu karena kehendak Yesus. Dengan demikian, pilihan atas para rasul adalah hak prerogative Tuhan. Kata Markus, pilihan terhadap para rasul melulu kehendak Yesus, karena kaum pilihan ini mengemban tugas spesifik yakni untuk hidup bersama Yesus, menyertai Dia di mana dan kapan saja; untuk diutus memberitakan injil serta untuk menerima dari Dia kuasa mengusir setan. Tiga tugas spesifik ini yang membuat mereka dipilih me
  APAKAH YANG KAMU CARI (Yoh. 1: 38) Hari ini, pkl. 17.00, bertempat di alun-alun wali kota Batam, umat Kevikepan Kepulauan Riau akan merayakan 100 tahun berdirinya Keuskupan Pangkalpinang. Sebagai pendahuluan, tadi malam Kardinal Ignasius Suharyo, Mgr. Adrianus Sunarko, dan Romo Paschal Saturnus memberikan   rekoleksi untuk para imam, biarawan -   biarawati dan para aktivis Gereja yang diutus dari setiap paroki. Romo Paschal mengisahkan bagaimana sejak awal kaum muda awam, entah itu Tionghoa maupun Flores berjuang dengan gigih untuk melahirkan Gereja, baik di Bangka Belitung maupun Kepulauan Riau. Kardinal Ignasius mengisahkan bagaimana perjuangan Gereja Perdana untuk menghidupi identitasnya di tengah gempuran ancaman dan tantangan. Dan Mgr. Sunarko memaparkan bagaimana perjalanan Gereja Keuskupan Pangkalpinang ke depan dalam lima prioritas yang disepakati, dengan terus berjuang menghidupi identitas sebagai Gereja yang merangkul kaum pendosa dan para penderita, Gereja yang cinta
  MENGAPA KAMU BERPIKIR BEGITU DALAM HATIMU? (Mrk. 2: 1-12) Pertanyaan Yesus,” Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu ”,   menyentuh saya kemarin dan hari ini karena pertanyaan ini adalah teguran keras kepada siapa saja yang tak pernah menerima Sakramen Tobat dalam hidupnya. Kemarin ketika Yesus mengampuni dosa si lumpuh, dan oleh kuasa pengampunan itu ia menjadi sembuh, para ahli taurat memberi reaksi kepada Yesus. Yesus dicap sebagai seorang penghujat Allah, sebab bagi mereka hanya Allah yang berkuasa mengampuni dosa; sementara Yesus hanya dikategorikan sebagai seorang manusia pendosa yang tak bisa mengampuni dosa. Dan hari ini, ketika Yesus makan di rumah Lewi bersama para pemungut cukai dan orang berdosa, lagi-lagi para ahli taurat mencibirnya, karena tak pantas bagi seorang Penyelamat harus berbaur dalam kerumunan bersama kaum pendosa. Namun respons Yesus atas cicibiran itu menakjubkan:” Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa!”   Reaksi para
  TELADAN SI KUSTA (Mrk. 1: 40-45) 30-an tahun silam, ketika masih di Seminari Menengah San Dominggo Hokeng, ada sebuah acara rutin tahunan yang selalu kami lakukan setiap kali menikmati liburan. Acara itu adalah mementaskan drama. Salah satu tempat yang selalu menjadi langganan untuk pementasan drama itu ialah Rumah Sakit Lepra-Lewoleba-Lembata. Di rumah sakit ini berhimpun semua penderita kusta. Maklum kala itu, para penderita kusta adalah kaum terbuang yang harus diisolasi, tak boleh berada dan berbaur dengan khalayak. Mereka sungguh-sungguh kaum yang terkucil. Di rumah sakit inilah mereka di tampung. Pada pementasan pertama, ketika berada di tengah mereka, saya sempat mengalami shock , saat harus makan bersama mereka di ruangan yang sama, walau meja dan makanan kami terpisah. Syukurlah setelah itu, bidan Gisella, asal Jerman, mengatakan kepada kami agar tidak cemas karena ruang makan dan para pasien steril. “Sudah saatnya kita menunjukkan kepada masyarakat bahwa kusta bukan
  KISAH SI TUKANG TIDUR (1 Sam. 3: 1-10. 19-20; Mrk. 1: 29-39) Entah mengapa, bayangan wajah Samuel, anak Anton dan Ery di Sungai Kecil, melintas di benakku saat beranjangsana ke Silo, dalam permenungan pagi ini. Saya tidak tahu apakah untuk mendapatkan Samuel ini, dulu Ery setiap hari datang ke kapel Santa Perawan Maria, seperti Hana kemarin, sehingga anak laki-lakinya juga diberi nama Samuel? Yang jelas anak laki-lakinya yang bernama Samuel itu kini berada di Seminari Mario John Boen Pangkalpinang-Bangka. Saya teringat 1 Juli, 2018, pada pesta Darah Tersuci Tuhan, saya mendiami Kapel Santa Perawan Maria Sungai Kecil-Bintan untuk mempersiapkan wilayah Bintan Utara menjadi Paroki Mandiri, terlepas dari Paroki induk Hati Santa Perawan Maria Tanjung Pinang. Kapel Santa Perawan Maria menjadi home base, karena pastoran Tanjung Uban sedang direnovasi kala itu. Dari kapel Santa Perawan Maria inilah muncul inspirasi bagaimana mempersiapkan Paroki Bintan Utara dan bagaimana mengolah hidu
  BAPTISAN YESUS DAN GEREJA PARTISIPATIF (1 Yoh. 5: 1-9; Mrk. 1: 7-11) Pertanyaan fundamental yang menggema di kedalaman jiwa pagi ini, saat berlutut di depan Tuhan untuk merenungkan Sabda-Nya, adalah sebagai berikut:” Mengapa Tuhan memberi diri-Nya dibaptis, pada hal baptisan itu hanya   berlaku untuk kaum pendosa? Apakah Yesus juga seorang pendosa?” Rasanya pertanyaan yang sama juga bersemi di hati Yohanes Pembaptis tatkala Yesus memintanya untuk membaptis. Itulah sebabnya ketka Yesus memintanya untuk membaptis, Yohanes berseru:” Akulah yang mesti dibaptis oleh-Mu! Masakan Engkau yang datang kepadaku?” (Mat. 3: 14). Namun untuk menjawabi kegalauan dan ketidakpahaman Yohanes, Yesus segera menjawab:” Biarlah itu terjadi, karena demikianlah   sepatutnya   kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat. 3: 15). Dengan demikian terjawab sudah bahwa pembaptisan Tuhan dimaksud untuk menggenapi kehendak Allah. Walau demikian, lagi-lagi pertanyaan yang muncul adalah apa kehendak Allah