MEMBANGUN KBG
DENGAN SPIRIT
PARA RASUL
(Mrk. 3:
13-19)
Injil hari ini menyingkapkan kisah
pemilihan para rasul. Markus melukiskan bahwa pemilihan para rasul dilakukan
Yesus di atas bukit. Bukit atau gunung, sebagai tempat yang tinggi, adalah
simbol kediaman Allah. Hal itu berarti pemilihan rasul dilakukan Yesus dalam persekutuan
dengan Bapa dan Roh Kudus.
Markus juga melukiskan bahwa para
rasul yang dipilih itu bukan karena rekomendasi orang dalam; bukan pula karena
kapasitas dan kapabilitas personal. Markus mengatakan bahwa keduabelas rasul yang
dipilih melulu karena kehendak Yesus. Dengan demikian, pilihan atas para rasul
adalah hak prerogative Tuhan.
Kata Markus, pilihan terhadap para
rasul melulu kehendak Yesus, karena kaum pilihan ini mengemban tugas spesifik
yakni untuk hidup bersama Yesus, menyertai Dia di mana dan kapan saja; untuk
diutus memberitakan injil serta untuk menerima dari Dia kuasa mengusir setan.
Tiga tugas spesifik ini yang membuat mereka dipilih melulu karena kehendak
Yesus berdasarkan autoritas yang Ia miliki.
Walau demikian, menakar orang-orang
yang dipilih ini, pertanyaan yang muncul dalam hati saya adalah apakah Tuhan tidak
keliru memilih dan menetapkan mereka? Apakah Tuhan sejak awal tidak mengetahui
bahwa Yudas akan mengkhianati Dia? Petrus akan menyangkal-Nya dan para murid
lain akan meninggalkan-Nya?
Saya mengajukan pertanyaan ini karena
komposisi orang-orang yang dikehendaki Yesus ini sangat beragam. Petrus yang
blak-blakan cenderung emosional; Yakobus dan Yohanes, yang kurang sabar dan
dijuluki “anak-anak guruh”, yang siap untuk menghancurkan kota Samaria karena
orang-orangnya tidak mengizinkan Yesus lewat. Ada Matius, mantan pemungut
pajak, yang dianggap pengkhianat orang Yahudi karena bekerja sebagai pemungut
pajak untuk orang Romawi. Ada Simon orang Zelot, yang bagi orang Roma adalah
kaum teroris. Belum lagi Yudas Iskariot, si pengkhianat itu.
Kompisisi dan watak seperti ini
membuat hati saya bertanya apakah mereka sanggup berjalan bersama Tuhan dalam
hidupnya? Sanggupkah mereka diutus untuk memberitakan injil dan menggunakan
kuasa yang diberikan Tuhan secara bertanggung jawab demi karya penyelamatan
Tuhan?
Lagi-lagi hanya Tuhan yang tahu. Namun
menyaksikan perjalanan hidup mereka sebagaimana diwartakan injil dan kesaksian
tradisi, menjadi nyata bahwa keberanian kaum pilihan ini untuk meninggalkan
segalanya dan mengikuti Yesus adalah kunci utama yang membuat mereka tak
berhenti belajar kepada Yesus, mengikuti Yesus untuk menjadi manusia baru di dalam Dia. Walau bukan
sekali jadi, dan penuh dinamika jatuh dan bangun, tetapi keberanian mereka
meninggalkan:” diri, watak, kebiasaan, sikap dan sifat pribadi untuk memberi
diri dibentuk dan bertumbuh dalam Yesus membuat mereka semua menjadi saksi
injil. Pribadi dan ajaran Yesus menyatukan mereka, sehingga dalam perbedaan dan
keragaman ada kesatuan; dalam katolisitas ada unitas. Pribadi adan ajaran Yesus
membuat di tengah kelemahan, kekurangan serta kerapuhan ada kekudusan sehingga
siap menjadi saksi. Dalam sanctitas ada apostolisitas. Sayang Yudas Iskariot tidak
mau dibentuk. Ia memilih uang membentuknya, sehingga uang pula yang menentukan nasib
kematiannya yang sangat tragis.
Yesus tidak salah pilih. Ia memilih siapa yang Ia kehendaki, walau mungkin dalam
kalkulasi manusiawi, orang-orang itu diragukan kapasitas dan kapabilitasnya. Walau
begitu, orang yang dipilih pun harus selalu terbuka untuk menyatukan diri dengan pribadi dan ajaran
Yesus. Tanpa keutamaan ini ia bisa menjadi masalah dalam perutusan, masalah
dalam persekutuan; masalah dalam kekudusan, sebagaimana dilakoni Yudas Iskariot.
Pilihan Yesus atas para rasul hari ini
seakan menjadi cermin dalam menghayati hidup ber-KBG. Sebab KBG merupakan wadah
komunio dari pribadi-pribadi yang berbeda watak dan kepribadian, suku dan
pekerjaan. Yesuslah yang menjadi pengikat dan pemersatu. Dan oleh karena itu,
sosok Yesus dan ajaran injil-Nya harus menjadi kunci pengikat untuk membentuk
setiap pribadi supaya bisa bertumbuh bersama demi memberikan kesaksian injil. Kesanggupan
untuk membuka diri dibentuk oleh Yesus, sebagaimana diperbuat oleh para rasul, akan
membaptis KBG menjadi pancaran kehadiran nyata Gereja yang satu dan katolik;
kudus dan apostolic.
Komentar
Posting Komentar