Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023
  BEREKARISTILAH Catatan Kedua Diawal Pekan   Manusia itu takdirnya rapuh. Seperti tanah asalnya, begitu pun manusia. Saat masih kuat tampak bagai batu karang, tetapi dalam gerusan waktu, perlahan tapi pasti, seseorang akan mulai rapuh bagai titik-titik debu, yang mudah terhempas oleh badai.   Saat puncaknya hanya berkisar di usia 20-30 tahun. Setelah itu mulai rapuh dan lapuk digerus waktu. Itupun kalau kesehatannya selalu terpelihara apik. Bila tidak maka sakit dan sehat adalah teman seperjalanan dalam rentang ziarah seseorang. Keduanya akan bergantian memberi warna bagi kehidupan seseorang, tergantung cuaca apa yang sedang berkuasa. Cuaca yang saling bergantian untuk menemani ziarah hidup seseorang pada gilirannya menciptakan suasana bathin yang berbeda pula. Bila sehat, bathin terasa bahagia, tenaga seakan mendapatkan kekuatan, sehingga seseorang   bekerja mengais hidup dengan semangat yang menyala-nyala. Namun bila sakit menggantikan shift, bathin terasa perih, tenaga lung
Gambar
  MELIHAT JEJAK MENENTUKAN LANGKAH Sungai Kecil Blog   Dalam rangka untuk memberi bobot kepada citra Gereja Partisipatif   Sinodal, yang merupakan tema central refleksi Paus Fransiskus untuk Gereja Mondial, tahun 2022, serentak melihat situasi aktual Paroki yang baru diresmikan dan didedikasihkan kepada Allah Tritunggal Mahakudus, 4 Juni 2023 silam; maka PIPA Paroki Allah Tritunggal Mahakudus-Tanjung Uban-Keuskupan Pangkalpinang, mengadakan rapat pleno perdana, yang dihadiri oleh kurang lebih 150 peserta yang datang dari 22 Komunitas Basis Gerejawi yang menyebar secara diaspora mulai dari Lobam-Kecamatan Sri Kuala sampai Panglong-Kecamatan Bintan Utara. Rapat pleno pastoral ini diadakan di Kapel Santa Maria-Sungai Kecil-Bintan Utara, 17 September 2023.   “Kita harus mengucapkan terima kasih kepada para fasilitator AsIPA, karena boleh mengeluarkan segala talenta yang mereka miliki untuk menggerakkan KBG-KBG, walau baru sebagai fasilitator pemula, sehingga KBG-KBG yang ditata saa
  AMPUNILAH Bryant H. McGill pernah mengatakan:” Tidak ada cinta tanpa pengampunan, dan tidak ada pengampunan tanpa cinta ( There is no love without forgiveness, and there is no forgiveness without love). Kata-kata ini mengingatkan saya akan kisah Hilari Clinton, saat kehidupan rumah tangganya diterpa badai oleh isu perselingkuhan Bill Clinton dengan Monica Lawnsky. Tidak mudah first lady Amerika itu menghadapi prahara yang demikian dahsyat, karena perselingkuhan Bill Clinton dan Monika bukan hanya menggoyahkan kehidupan rumah tangga mereka, tetapi juga menggoyahkan kedigdayaan Amerika sebagai Negara super power . Keluarga Clinton yang sebelumnya terkenal begitu ideal di negaranya, karena Clinton dan Hilary tampak saling menopang dan senantiasa memancarkan cinta dan persekutuan, tiba-tiba dihadapkan dengan sebuah kesaksian yang tak terbantahkan bahwa diam-diam Bill rupanya membuat serong tak senonoh, yang tak pernah tercium public bahkan oleh Hilari sendiri. Pilihan begitu rumit, c
  JANGAN ABAIKAN EKARISTI Catatan Di Ujung Ziarah   Tak terasa hari ini aku berada di ujung ziarah, dalam hitungan pekan. Berada di ujung ziarah selalu menyadarkanku bahwa manusia memang peziarah. Homo Viator. Ia menguasai waktu tetapi sekaligus tunduk kepada waktu. Apa yang lalu telah ditelan dan dikubur dalam arus waktu, sementara yang akan datang tetaplah misteri. Begitulah siklus ziarah manusia. Selalu paradox. Antara yang lewat dan yang akan datang; yang telah dialami dan yang masih terbungkus misteri akan terus menyatu dan berhadap-hadapan dalam hidup setiap orang. Itulah sebabnya moment di ujung ziarah menjadi saat yang sangat indah untuk duduk sejenak merenung dan memberi bobot makna, agar   yang telah ditelan   waktu tak berlalu begitu saja, yang masih misteri pun siap ditampung dan diterima dengan mata dan hati terbuka. Saya teringat almahrum sang ayah. Ia tak banyak bicara. Ia seorang pendoa. Suatu ketika, ia menulis sepotong kalimat yang masih tetap kuingat: “jang
  HATI SANG IBU Yoh. 19: 25-27   Matamu perih. Kakimu letih. Hatimu sedih. Jiwamu pedih. Seluruh dirimu tertuju kepada Putra-Mu. Sejak ditolak di Betlehem dan harus menerima kandang untuk melahirkan-Nya di Efrata, serta diancam untuk dibunuh sehingga harus melarikan diri ke Mesir, saat Putra-Mu memasuki dunia; Bunda seakan dipersiapkan dan mempersiapkan diri untuk menerima segala resiko yang akan terjadi dengan kehadiran Yesus. Sukacita Nasareth tentang Sang Putra yang engkau kandung dan engkau lahirkan, yang diberitakan oleh Gabriel-Malaikat Agung, ternyata dianggap batu sandungan oleh manusia, sejak awal kedatangan-Nya. Dan setelah bunda mendidiknya untuk memasuki babak perutusan—Nya di depan umum, Ia lagi-lagi dianggap gila oleh saudara-saudara-Nya. Orang banyak yang mengelilingi-Nya, kendati terkesima mendengar ajaran-Nya dan takjub dengan kuat kuasa yang dimiliki-Nya, toh tetap saja ada segelintir orang yang merencanakan siasat busuk untuk membunuh-Nya. Putramu diwartaka
  Kuawali blog ini dengan puisi yang berjudul PUISI, karena sejatinya hidup ini adalah sebuah puisi, punya irama dan birama, ada syair, ada  pula lagu, ada sampiran, ada juga  isi, ada awal dan ada pula akhir.  Terkadang diketahui, tetapi lain hari penuh misteri. Terkadang rancak membuat orang menari, tetapi terkadang bagai balada yang mengundang tangis. Namun itulah hidup. Ia harus dijalani, karena ia diberi, bukan dicari. dan oleh karena itu harus siap menerima segala resiko. Mereka yang siap akan menjadi matang. Yang tak siap  akan menjalaninya sebagai beban. PUISI Tak tahu apakah ini puisi tak kumengerti sebab hanya sebuah bisikan hati yang terkandung dari sanubari   Tak tahu apakah ini puisi tak kupahami sebab hanya sebuah rangkaian kata dari sejumput aksara   Tak tahu apakah ini puisi tak kuselidiki sebab hanya sebuah melodi tanpa torehan notasi   Tak tahu apakah ini puisi tak kuselami sebab hanya sebuah gugatan hati yang harus kurangkai