BERTOLAK
KE SEBERANG SAMBIL MEMBAWA YESUS
Dua Minggu yang silam, 50-an umat
Paroki Allah Tritunggal ikut merayakan Pesta 100 tahun lahirnya Keuskupan
Pangkalpinang, yang secara khusus dirayakan oleh Kevikepan Utara di alun-laun
Wali Kota Batam. Dengan menggunakan speed
boat, mereka bertolak ke seberang, menari di atas gelombang musim utara. Ada
yang mengapresiasi penyeberangan itu dengan tawaria, tetapi ada pula, khususnya
ibu-ibu, tekun berdoa memohon kepada Allah agar melindungi mereka dalam
penyeberangan. Sebab melintas ke seberang di musim utara, apalagi dengan menggunakan speed
boat, sejatinya melawan takdir. Dan oleh karena itu
perlu membawa Yesus.
Rasanya seperti itulah kisah penyeberangan
para murid yang ditampilkan Markus untuk menutup perziarahan pekan ini. Seperti
menyeberang di musim utara, ombak menyembur masuk ke dalam perahu para murid,
akibat taufan dahsyat. Semua murid panik. Untunglah mereka membawa Yesus. Dalam
situasi batas di mana segala kekuatan manusiawi ternyata tak punya daya, Yesus
menjadi satu-satunya harapan, andalan, kepastian, kekuatan dan hiburan.
Bertolak ke seberang sambil membawa
Yesus; itulah kalimat emas di ujung ziarah dalam pekan ini. Bertolak ke
seberang berarti menggalkan yang lama dengan segala situasinya untuk beralih ke
sebuah situasi baru bersama Yesus. Secara manusiawi, pilihan terbaik untuk
memberi rasa nyaman, di tengah cuaca yang tak bersahabat adalah tidak ke
mana-mana; tinggal di tempat. Tetapi Yesus tidak mau bila ini menjadi
mentalitas para murid. Di sisi lain, untuk beralih ke situasi baru, mereka
harus berani meninggalkan yang lama, walau proses peralihan itu tidak mudah, penuh
dinamika dan tantangan. Dan itu yang dipilih Yesus kepada mereka. Dalam situasi
seperti itu, satu-satunya sumber kekuatan, kepastian, harapan dan sukacita
hanyalah Yesus.
Berani meninggalkan yang lama dan beralih
ke situasi hidup yang baru bersama Yesus, sejatinya merupakan seruan lain yang
dikumandangkan Yesus hari Minggu yang silam:” Bertobatlah dan Percayalah kepada
Injil. Sebab bertobat berarti meninggalkan yang lama dan memulai hidup baru
bersama Yesus.
Berani meninggalkan yang lama dan
beralih ke situasi hidup yang baru bersama Yesus juga merupakan bahasa lain
dari keberanian setiap kita untuk mengusir setan, sebagaimana dilansir dalam
kisah Beelzebul hari Senin. Sebab ketika kita melawan untuk dikuasai olehnya,
kita sedang beralih bersama Yesus. Seperti itulah keutamaan Bunda Maria dan
sudara-saudara Tuhan. Apapun hambatan dan tantangan yang mereka hadapi,
perjuangan untuk mencari, mendengar dan berkomunio dengan Yesus adalah
keutamaan. Mereka bagai lahan subur yang selalu terbuka untuk menerima dan
membiarkan tumbuh benih Sabda Allah,
sebagaimana dilansir hari Selasa dan Rabu.
Salah satu sosok yang bertolak ke
seberang untuk membangun hidup baru dalam dan bersama Yesus adalah Paulus, yang
dipestakan hari Kamis. Ia adalah sosok penyeberang sejati, walau proses hidup itu
ia tempuh lewat jatuh terjerembab melewati malam gelap, dari orang yang
menganiaya Yesus kepada orang yang harus memberikan kesaksian tentang Dia di
hadapan Pengadilan. Pengalaman inilah yang membuat ia berpesan
kepada setiap kita di hari Jumat kemarin:” Ikutlah menderita demi Injil-Nya”,
saat kita memperingati kedua sahabatnya Timotius dan Titus.
Ya! Nyaman dengan kondisi kita,
sehingga tidak perlu susah-susah untuk beralih, bertobat dan menyeberang barangkali
selalu menyenangkan tetapi mungkin tidak menyelamatkan. Tidur pulas dan tak
perlu harus bangun pagi-lagi untuk misa, bila ada jadwal misa pagi; atau
membiarkan rusak hubungan kita dengan seseorang dan tak perlu berdamai, mungkin
menyenangkan tetapi belum tentu menyelamatkan. Setiap pembaharuan hidup; setiap
pertobatan, setiap peralihan ke seberang bersama Yesus, selalu melewati
gelombang musim utara dan melewati gelap malam seperti Paulus. Tetapi bila kita
berani melintasinya bersama Tuhan, keteduhan hidup dan cuaca baru akan segara
kita rasakan. Mari bertolak ke seberang sambil membawa Yesus.
Komentar
Posting Komentar