BAPTISAN YESUS
DAN GEREJA PARTISIPATIF
(1
Yoh. 5: 1-9; Mrk. 1: 7-11)
Pertanyaan fundamental yang menggema
di kedalaman jiwa pagi ini, saat berlutut di depan Tuhan untuk merenungkan
Sabda-Nya, adalah sebagai berikut:” Mengapa Tuhan memberi diri-Nya dibaptis,
pada hal baptisan itu hanya berlaku
untuk kaum pendosa? Apakah Yesus juga seorang pendosa?”
Rasanya pertanyaan yang sama juga bersemi
di hati Yohanes Pembaptis tatkala Yesus memintanya untuk membaptis. Itulah
sebabnya ketka Yesus memintanya untuk membaptis, Yohanes berseru:” Akulah yang
mesti dibaptis oleh-Mu! Masakan Engkau yang datang kepadaku?” (Mat. 3: 14). Namun
untuk menjawabi kegalauan dan ketidakpahaman Yohanes, Yesus segera menjawab:”
Biarlah itu terjadi, karena demikianlah
sepatutnya kita menggenapkan
seluruh kehendak Allah” (Mat. 3: 15). Dengan demikian terjawab sudah bahwa
pembaptisan Tuhan dimaksud untuk menggenapi kehendak Allah.
Walau
demikian, lagi-lagi pertanyaan yang muncul adalah apa kehendak Allah itu
sehingga Putra Allah yang tak berdosa harus dibaptis; diperlakukan sebagai
salah satu kaum pendosa? Bacaan-bacaan hari ini kiranya membuka cakrawala
pemikiran kita, agar sebagaimana langit tertutup bisa terbuka oleh misteri
baptisan Tuhan, demikian pula pemikiran dan hati yang tertutup atas misteri
Allah bisa terbuka oleh inspirasi Sabda yang disajikan hari ini.
Menyelami
Pewartaan Markus dan Surat Yohanes
Markus menjawabi baptisan Tuhan dengan
lebih dahulu memperkenalkan siapa Yesus. Kata Markus, Yesus adalah Putra Allah
yang Mahatinggi dan penuh kuasa. Untuk membuka tali kasut-Nya pun, Yohanes
merasa tak pantas. Dan karena Dia adalah Putra Allah yang Mahatinggi,
sebagaimana yang diwartakan para malaikat saat kelahiran-Nya, maka hanya Dia
yang bisa membaptis dengan Roh Kudus. Apa yang dikatakan Yohanes Pembaptis itu
kemudian tergenapi saat Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Roh Kudus terlihat turun
ke atas Yesus disertai pemakluman Bapa dari Surga kepada Yesus dan kepada
dunia: “Engkaulah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan”.
Gambaran yang diperlihatkan Markus ini
merajut kesinambungan misteri inkarnasi Allah. Kalau kelahiran Yesus menyingkapkan
misteri inkarnasi: Allah yang menjadi manusia, maka baptisan-Nya menyingkapkan Allah menjadi
manusia untuk menyelamatkan manusia. Itulah sebabnya baptisan menjadi moment
pemakluman karya penyelamatan Bapa oleh Putra dalam persekutuan dengan Roh
Kudus. Bapa memaklumkan, Roh turun ke atas Putra, dan Putra ditugaskan untuk
menyelamatkan manusia.
Kesaksian Allah Tritunggal ini
dijelaskan dengan sangat rinci oleh Yohanes dalam suratnya yang dikumandangkan
dalam bacaan II, hari ini. Kepada Umat Katolik, Yohanes menjelaskan misteri
baptisan itu dengan bahasa yang kendati tidak mudah tetapi bisa dipahami, yang
ditutup dengan kalimat sebagai berikut: “Demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya”.
Apa kesaksian Allah tentang Anak-Nya
itu? Kesaksian Allah itu adalah bahwa Yesus Kristus itu Putra Allah. Dia ini
yang telah datang ke dunia untuk mengalahkan dunia dengan air dan darah. Bukan
hanya dengan air, tetapi dengan air dan darah. Dan ada tiga yang memberikan
kesaksian itu di bumi, yakni Roh, air dan darah, dan ketiganya adalah satu.
Atas
kesaksian ini, yakni Roh, air dan darah, kata Yohanes, siapa yang percaya bahwa
Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah. Hal itu berarti seseorang yang
sebelumnya terlahir sebagai anak dunia, oleh iman kepada Kristus, dilahirkan
secara baru sebagai insan yang dilahirkan oleh Allah sebagai anak-Nya. Itulah
efek rahmat pertama yang diterima berkat iman kepada Kristus. Rahmat sebagai
anak Allah berkat iman kepada Kristus ini menyatukan seseorang menjadi anggota
keluarga dari Allah sendiri. Keluarga Allah itu adalah Gereja. Dan oleh karena
itu, setiap anggota keluarga Allah wajib hukumnya untuk menghayati hidup saling
mengasihi, karena Bapa yang melahirkan kita itu adalah Kasih (Yoh. 4). Dalam kekuatan
kasih yang berasal dari Allah itu, setiap Anak Allah (setiap orang yang dibaptis) diutus untuk melakukandan mewujudkan perintah-perintah
Allah.
Kesimpulan
Pewartaan Markus dan Yohanes dalam Pesta
Pembaptisan Tuhan hari ini menyingkapkan beberapa hal fundamental untuk
dipahami dengan budi, diresapkan dengan hati
dan diwujudkan dalam kesaksian iman.
Pertama, baptisan
Tuhan bukan karena Tuhan berdosa, melainkan sebagai penggenapan Allah Tritunggal
untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Itulah sebabnya Ia harus dinamai Yesus.
Yesus artinya Penyelamat manusia dari dosa. Baptisan Yesus bukan untuk
pemurnian-Nya dari dosa, melainkan Ia bagai air laut merah berkenan menghempaskan
diri-Nya oleh tiupan Roh Kudus, supaya kaum pendosa bisa berjalan di atas-Nya
menuju sebuah hidup yang baru.
Kedua, dengan
analogi laut merah itu, maka baptisan Tuhan adalah penyingkapan cara Ia akan menyelamatkan manusia dari dosa,
yakni dengan mengorbankan Tubuh dan Darah-Nya. Sebab dari korban itu
memancarlah darah dan air dari lambung Yesus. Jadi pemakluman di Yordan adalah
pintu menuju pemakluman di Kalvari.
Ketiga, Roh Kudus
yang turun di Sungai Yordan menuntun Putra Allah untuk mengorbankan diri dalam
Darah dan Air di Kalvari itu yang melahirkan para pendosa menjadi anak-anak
Allah, yakni dilahirkan dalam Bapa, Putra dan Roh Kudus. Dan ketiga-Nya adalah
satu. Tanpa pengorbanan diri Putra Allah, tak ada kelahiran dalam Roh Kudus. Itulah
sebabnya mengapa hanya Yesus yang membaptis dalam Roh.
Dengan demikian, keempat, setiap orang hanya bisa dibaptis, dilahirkan
menjadi anak Allah, jika ia percaya kepada Kristus. Percaya berarti menyerahkan
diri untuk diselamatkan oleh Kristus. Demikian pula, seorang kristiani baru
menjadi mendapatkan status katolik secara penuh (penuh sebagai Anak Allah) kalau ia menerima 3 sakramen dasar:
Baptis (air), Ekaristi (Darah) dan Krisma (Roh). Ketiganya adalah satu.
Sakramen Baptis menyatukan kita dengan Bapa yang menerima kita menjadi
anak-Nya. Sakramen Ekaristi menyatukan kita dengan Kristus yang menyerahkan
Tubuh dan Darah-Nya, sebab dari sumber inilah kita diselamatkan dan memperoleh hidup
kekal. Dan Sakramen menyatukan kita dengan Roh Kudus yang mendewasakan
sekaligus mengutus kita menjadi saksi-Nya di tengah dunia.
Itulah bsebabnya, kata Yohanes,
baptisan Tuhan membentuk kaum pendosa untuk membangun dirinya sebagai Gereja
Partisipatif: berpusat pada Kristus, membangun komunio sebagai anak-anak Allah
dan melaksanakan misi. Mari merayakan baptisan Tuhan dengan spirit Hamba dan Murid
Kristus.
Komentar
Posting Komentar