SELASA PEKAN XX
PESTA ST. BERNARDUS
Yeh. 28: 1-10
Mazmur Tanggapan: Ul. 32: 26-28.
30.35c-36d; R: 39c
Alleluya: 2Kor. 8: 9
Injil Mat.
19: 23-30
BACAAN I Yeh. 28: 1-10
TUHAN
bersabda kepadaku,
"Hai anak manusia, katakanlah
kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi
hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah
lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan
diri sama dengan Allah. Memang hikmatmu melebihi hikmat Daniel; tiada rahasia
yang terlindung bagimu. Dengan hikmatmu dan pengertianmu engkau memperoleh
kekayaan. Emas dan perak kaukumpulkan dalam perbendaharaanmu. Karena engkau sangat pandai
berdagang engkau memperbanyak kekayaanmu, dan karena itu engkau jadi sombong.
Oleh
sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu menempatkan diri sama
dengan Allah maka, sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau, yaitu
bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang mereka, melawan hikmatmu
yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan. Engkau diturunkannya ke lobang kubur,
engkau mati seperti orang yang mati terbunuh di tengah lautan. Apakah engkau
masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal
terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah Allah. Engkau akan
mati seperti orang tak bersunat oleh tangan orang asing. Sebab Aku yang
mengatakannya.
Demikianlah
Sabda Tuhan
Mazmur Tanggapan: Ul. 32: 26-28. 30.35c-36d; R: 39c
Tuhan
yang mematikan; Tuhan pulalah yang menghidupkan
§ Tuhan bersabda:”
Seharusnya Aku berfirman: Aku meniupkan mereka, melenyapkan ingatan
kepada mereka dari antara manusia, tetapi Aku kuatir disakiti hati-Ku oleh
musuh, jangan-jangan lawan mereka salah mengerti
§ Jangan-jangan lawan
berkata: Tangan kami jaya, bukanlah TUHAN yang melakukan semuanya ini.
Sebab lawan itu suatu bangsa yang bodoh, dan tidak ada pengertian pada
mereka.
§ Bagaimana
mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat
lari sepuluh ribu orang, kecuali kalau Allah gunung batu mereka telah menjual
mereka, dan menyerahkan mereka!
§ Hari bencana
bagi musuh telah dekat, dan akan segera datang apa yang telah disediakan bagi
mereka. Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, Ia merasa sayang akan hamba-hamba-Nya.
Alleluya 2Kor.
8: 9
Yesus Kristus telah menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, agar kalian
menjadi kaya berkat kemiskinan-Nya
INJIL 19: 23-30
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk
masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah
seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah.
Mendengar itu gemparlah para murid dan berkata: "Jika
demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan
berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala
sesuatu mungkin.”
Lalu Petrus menjawab dan berkata
kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut
Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Kata Yesus kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila
Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku,
akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku
Israel.
Dan setiap orang yang karena nama-Ku
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa
atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat
dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan
menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Renungan
Mahatma Gandhi pernah berujar :”Hiduplah seolah engkau mati besok.
Belajarlah seolah engkau hidup selamanya”. Begitulah manusia. Hidup dan
belajar adalah dua keutamaan yang harus terus diasah dalam setiap waktu, tanpa
mengenal tua atau muda, besar atau kecil, kaya atau miskin, berpendidikan atau
buta huruf. Ketika saat hidup tak digunakan untuk belajar tentang dari mana
hidup, ke mana arah hidup, bagaimana menenun hidup dan apa saja keutamaan yang
perlu dimiliki dalam mengelolah hidup; maka bisa dipastikan bahwa pengelolahan
atas hidup akhirnya hanya sekedar berada dalam waktu untuk menunggu maut.
Demikian pula bila seseorang melakoni
hidup dengan membusung dada, karena mengira bahwa hidup itu ciptaan dirinya
sediri, sehingga sesuka hati mengisi dan
menggunakan hidup untuk apa saja, tanpa
belajar dan terus belajar; maka sulit dibayangkan pula apakah seseorang bisa
menjadi manusia sejati. Sebab sesungguhnya semakin menjadi manusia sejatinya karena
seseorang belajar dan terus belajar. Untuk bisa berjalan tegak atau untuk bisa
berkomunikasi, misalnya, bukan sesuatu yang muncul secara otomatis, walaupun
merupakan potensi yang ada dalam diri manusia. Namun ketika sejak kecil
seseorang tidak belajar untuk berjalan atau belajar mengeja kata; sulit baginya
untuk berjalan tegak dan berkomunikasi.
Begitulah manusia. Belajar adalah
keutamaan yang tak pernah selesai. Diawali
dengan belajar untuk mengisi kebutuhan instingtif saat bayi, proses belajar itu
kemudian terus menggelinding dalam setiap fase perkembangan kepribadian
manusia, baik dalam lingkup lokal terus menjangkau ke lingkup yang lebih luas,
bersama semua tata nilai yang dianut, sampai akhirnya menemukan dari mana
sejatinya hidup ini.
Raja Tirus dan Israel ternyata gagal
dalam membangun kesadaran tentang hidup dan bagaimana peran Allah dalam hidup mereka.
Kegagalan ini membuat mereka tidak peduli akan siapa Allah yang telah
menyelamatkan mereka. Mereka mengira diri merekalah Allah itu, sehingga menyangka
bahwa kehidupan yang mereka raih berasal
dari harta benda yang mereka peroleh. Kegagalan membangun relasi dengan Allah,
yang berarti gagal membangun hubungan dengan hidup, pada gilirannya membawa
konsekwensi atas kehidupan mereka sendiri.
Kematian tragis menjadi pengalaman pahit yang harus mereka rasakan,
karena putusnya hubungan dengan Allah artinya putusnya hubungan dengan hidup.
Ketakutan akan kegagalan dalam menenun
hidup itu jugalah yang memacu seorang pemuda untuk datang kepada Yesus, Sang
Kehidupan. Ia datang dengan segudang keutamaan yang telah menjadi modus vivendi, sebagaimana dituntut
kepada seorang Israel sejati. Ia berpikir bahwa dengan menjalankan 10 hukum
Sinai, ia tak perlu lagi belajar akan hidup karena semua keutamaan telah
menjadi cara hidupnya. Rupanya di hadapan Yesus, semua itu belum cukup. Bagi
Yesus, kehidupan kekal hanya baru diperoleh ketika seseorang berani berkenosis
seperti Yesus; mengosongkan diri di hadapan Allah; mengosongkan diri di hadapan
dunia; tidak berhamba kepada kekayaan; tidak menempatkan kekayaan sebagai
penentu kehidupan dan kebahagiaan. Dan ternyata di fase ini, sang pemuda gagal.
Itulah sebabnya kata Yesus, orang kaya sukar masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Di hadapan Tuhan, seseorang hanya bisa
menjadi murid dan hamba. Belajar dan terus belajar kepada Allah; taat dan setia
kepada perintah-Nya adalah keutamaan yang patut dipupuk, sebab Tuhanlah yang
mematikan, Tuhan pulalah yang menghidupkan, kata pemazmur. Belajar mengosongkan
diri seperti Yesus yang berani mengosongkan diri, meninggalkan kekayaan surga,
dengan berinkarnasi menjadi manusia Betlehem, menjadi sebuah bacaan hidup yang
harus terus dipelajari, karena ternyata kekayaan duniawi tidak punya daya sogok
untuk meraih hidup, selain kenosis seperti Kristus sendiri.
Komentar
Posting Komentar