BUKAN SEKEDAR
GEMOY
Yes. 41:
13-10; Mat. 11: 11-15
Gemoy menjadi salah satu istilah
favorit generasi Z untuk salah satu kandidat presiden dalam musim kampanye yang
sedang berlangsung saat ini. Secara leksikal, gemoy berasal dari kata gemas,
jengkel tapi sayang. Istilah ini menjadi penuturan public saat ini, karena
kemunculannya bukan karena analisis mendalam terhadap track record kandidat
melainkan melulu karena luapan emosi semata terhadap seseorang. Gelar ini lebih
menyentuh pada soal emosi subyektif ketimbang analisis obyektif.
Pujian Yesus atas Yohanes Pembaptis hari
ini pasti bukan karena emosi subyektif
Yesus atas ke-gemoy-an Yohanes Pembaptis. Sosok Yohanes Pembaptis dipuji pasti
karena kesaksian hidup yang dilakoninya. Dan oleh karena itu pertanyaannya
adalah siapakah Yohanes Pembaptis itu sehingga ia dipuji sebagai sosok yang tak
tertandingi dari semua anak yang dilahirkan oleh perempuan, bahkan diberi gelar
sebagai Elia yang akan datang itu?
Untuk memahami ini, sejenak kita
kembali ke masa awal saat pemberitaan kelahiran Yohanes Pembaptis. Lukas
mengisahkan bahwa Yohanes Pembaptis terlahir bukan karena kesuburan pasutri
Zakaria dan Elisabeth, melainkan karena pengabulan doa Zakaria. Dan oleh karena
itu, ia harus diberi nama Yohanes. Ia akan penuh dengan Roh Kudus sejak dalam rahim
ibunya.
Yohanes Pembaptis yang terlahir dari
dua sosok yang secara manusiawi tak lagi subur memenuhi nubuat Yesaya:” Aku
akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit gundul, mata air
membuat di tengah dataran, pada gurun menjadi telaga; memancarkan air dari
tanah kering” (Yes. 41: 18).
Yohanes ini yang akan membuat banyak
Israel berbalik kepada Tuhan. Ia
berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati
bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar. Ia
menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak baginya (Luk. 1: 13-17).
Warta Gabriel tentang anak Zakaria itu
menjadi nyata dalam kesaksian dan perutusan Yohanes Pembaptis. Kesederhanaan hidup
yang tampak dalam busana dan makanan sama dengan apa yang dilakoni Elia (Mat.
1:4-2 Raj. 1: 8). Konsistensi untuk mengembalikan Israel ke jalan yang benar
sehingga membuat marah Herodias, sama persis dengan kemarahan Ahab atas Elia (1
Raj. 21). Seluruh hidup mereka, baik Elia maupun Yohanes Pembaptis adalah untuk
mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan.
Yohanes Pembaptis memang bukan sosok
gemoy yang sekedar memasang gimik. Sejak dalam kandungan sampai akhir hidupnya,
ia mewartakan sekaligus memberikan kesaksian hidup demi keselamatan manusia;
dan demi mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Dia tokoh adventus.
Komentar
Posting Komentar