ADAKAH ANDA YANG DITEGUR OLEH ALLAH?

Yes. 48: 17-19; Mzm. 1: 1-6; Mat. 11: 16-19

 

Kebanyakan orang cenderung baru menyadari bahwa ia mengidap penyakit yang berbahaya, ketika tubuhnya mulai bereaksi, apalagi ditopang dengan hasil diagnose medis. Ketika fenomena fisik tidak memberi signal apapun, seseorang cenderung berpikir bahwa ia dalam keadaan sehat. Anggapan seperti ini sejatinya sangat merendahkan martabat manusia, seakan manusia itu hanya fisik belaka, sama dengan hewan dan pepohonan.

Manusia itu, kata Harold Kushner, adalah keutuhan tubuh-jiwa dan roh. Manusia adalah jiwa dan roh yang bertubuh; tubuh yang ber-jiwa dan ber-roh. Manusia itu makhluk rohani yang berjasmani; makhluk jasmani yang ber-rohani. Keutuhan jasmani-rohani itulah yang membuat manusia tidak hanya memiliki raga, tetapi juga memiliki hati, budi dan jiwa, pikiran dan perasaan, mental dan spiritual.

Inilah kekhasan manusia yang tak ada pada ciptaan lain, hewan atau tumbuhan. Komponen-komponen rohani ini yang membuat manusia sanggup menjangkui dan meresponse, baik hal-hal yang bersifat ragawi maupun supranatural, duniawi maupun ilahi. Kekhasan manusia sebagai makhluk jasmani-rohani itu yang membuat ia tidak sekedar hidup sekarang tetap sanggup melihat masa lampau, merefleksikan hidupnya sekarang dan sanggup pula memperbaharui diri demi masa depan.

Karena manusia itu jasmani-rohani, maka sakitnya seseorang tidak bisa diukur ketika fisiknya sakit. Boleh jadi secara fisk ia sehat, tetapi secara rohani ia berada dalam stadium empat dan butuh penanganan medis dari Allah. Kondisi-kondisi seperti  ini yang sering kurang disadari oleh kebanyakan orang akibat rendahnya pemahaman akan keberadaan sebagai makhluk jasmani-rohani.

Salah satu penyakit parah ber-stadium empat yang sedang menggerogoti manusia dijumpai Allah hari ini. Penyakit itu adalah masa bodoh, tidak peduli, acuh tak acuh. Yesaya menyingkapkan bahwa penyakit masa bodoh, tidak peduli, acuh tak acuh dengan stadium tinggi itu menggerogoti Israel sedemikian rupa, sehingga mereka tak sanggup lagi melihat campur tangan dan tuntunan Allah dalam perjalanan hidup mereka, tak sanggup merefleksikan dan menyelami lagi ajaran-ajaran Allah yang berfaedah; tak sanggup memperhatikan perintah-perintah-Nya. Akibatnya memang fatal. Kedamaian dan kebahagiaan tak lagi berpihak kepada mereka, sengsara dan kematian terus menimpa.

Pengalaman yang sama dijumpai Yesus dalam perutusan-Nya. Masa bodoh, tak peduli, acuh tak acuh bukan lagi sekedar penyakit, melainkan telah menjadi sebuah kebiasaan hidup. Kematian syaraf-syaraf spiritual  telah membuat mereka tak sanggup meresponse kedatangan, kehadiran dan pewartaan Yesus. Mereka bagai anak-anak yang tak  menari walau ada bunyi seruling; tak lagi berkabung walau dinyanyikan kidung duka.

Masa bodoh, acuh tak acuh, tak peduli memang tak secara langsung menggerogoti fisik, tetapi secara rohani memperlihatkan kondisi penyakit seseorang yang sedang berada  dalam stadium tinggi. Mungkin secara jasmani ia tampak sehat, tetapi kerohaniannya butuh pengobatan serius. Sebab masa bodoh, acuh tak acuh, tak peduli adalah buah dari rusaknya kepekaan, hilangnya perasaan, rendahnya tanggapan, yang berakibat pada ketiadaan motivasi terhadap hal-hal spiritual sehingga merendahkan orang itu pada level sekedar makhluk yang berinsting belaka sebagaimana hewan.

Gejala-gejala seperti mudah lelah, anhedonia (kurang bergairah-bosan) pada hal-hal spiritual, kesulitan untuk merasakan manfaat aktivitas spiritual, sebaliknya bisa berakitivitas berjam-jam demi memenuhi dorongan insting, adalah alarm bahwa orang ini sedang digerogoti penyakit yang merusak dimensi kemanusiaannya.

Bila seseorang hanya peka untuk urusan jasmani, tetapi tak pernah peka akan urusan spiritual yang juga merupakan ciri kemanusiaannya (misa, sakramen tobat, doa pribadi dan komunitas, mendengarkan firman Allah, dan urusan spiritual lainnya), ia sejatinya sedang sakit dan butuh disembuhkan. Kalau  anda salah satu di antaranya, jadikan masa adventus sebagai masa pengobatan.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini