MAKNA CITRA
ALLAH
Selasa
Pekan Ke XXXII
Allah menciptakan manusia menurut
gambar dan hakikat-Nya sendiri. Begitulah rancangan-Nya sejak awal mula. Untuk manusia,
Allah tidak spontan bersabda, sebaliknya Ia justru merencanakannya dengan
matang. Dan keputusan terakhir Allah, saat menciptakan manusia, adalah bahwa manusia
harus diciptakan menurut gambar dan hakikat-Nya sendiri.
Keputusan Allah yang menakjubkan ini,
selain membanggakan tetapi juga membawa konsekwensi. Membanggakan karena dengan
dicipta menurut gambar dan hakikat Allah, manusia menjadi satu-satunya ciptaan
yang dicipta untuk kebakaan, sebagaimana dilansir oleh Kitab Kebijaksanaan. Manusia
tidak dicipta untuk kefanaan.
Namun demikian, karena manusia dicipta
sebagai peziarah di dunia dalam perjalanan menuju kebakaan itu, maka
konsekwensi hidup yang harus dilakoni adalah bagaimana ia merawat identitasnya
sebagai gambar Allah dan melakoninya dalam hidup sebagai peziarah menuju hidup
yang baka bersama Allah.
Kata Kitab Kebijaksanaan dan Kitab
Mazmur, cara merawat identitas sebagai gambar Allah adalah dengan membentuk
diri menjadi orang benar, yaitu percaya dan mengasihi Allah. Hanya orang yang
percayalah yang akan menyerahkan diri-Nya kepada Allah, sebab iman itu
menyangkut penyerahan diri dan bukan sekedar pengakuan akan eksistensi Allah. Demikian
pula, hanya orang yang mengasihi Allah yang berkomitmen untuk menjalankan
perintah-perintah-Nya.
Orang-orang ini, karena spirit kesetiaan
dan komitmen, mungkin saja tampak menderita saat berziarah bahkan dianggap
bodoh oleh sesama, namun kata Kitab
Kebijaksanaan, jiwa mereka ada di tangan Allah. Mereka ini memuji Tuhan setiap
waktu, dan Tuhan mendengarkan, sebab mata dan telinga Allah tertuju kepada
mereka, kata Kitab Mazmur.
Mereka melakukan semua itu, bukan
untuk pamer diri; bukan pula untuk sekedar membeli rahmat. Mereka melakukan
semua itu semata-mata karena tahu diri
bahwa kami hanyalah hamba-hamba yang tak berguna; yang hanya melakukan apa yang
harus dilakukan, kata Yesus.
Membentuk diri menjadi orang benar dan
menempa diri menjadi hamba di hadapan Allah adalah cara merawat identitas sebagai
gambar dan hakikat Allah. Dan oleh karena itu iman harus dipahami secara benar
dan kasih kepada Allah harus ditumbuhkan secara berkualitas.
Komentar
Posting Komentar