KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

Kisah memicu sejarah dan sejarah menenun kisah.  Sejarah, bila direnungkan, bisa membuat manusia menjadi bijaksana, kata Francis Bacon - si Filsuf Inggris itu. Namun bila dijalani begitu saja tanpa mengambil pelajaran darinya, maka seseorang ditakdirkan untuk mengulanginya lagi, kata George Santayana-Filsuf dari Spanyol. Mungkin karena itu, Viktor Hugo-filsuf Prancis pernah menimpali dengan mengatakan bahwa sejarah adalah pengulangan masa lalu di masa depan; refleksi dari masa depan pada masa lalu.

Permenungan para bijak pandai ini seakan menjadi epilog dalam ziarah Gereja hari ini, yang dirangkum dalam sebuah perayaan akbar “Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Sebab kisah-kisah suci nan inspiratif yang ditampilkan pada hari ini, sejatinya membentangkan sejarah keselamatan yang ditenun dalam dua kisah yang berbeda: kisah manusia dan kisah Allah.

Yehezkiel menenun kisah tentang manusia sebagai sebuah kisah penuh warna buram tentang kehidupan: kisah akan kehilangan, kisah akan kondisi yang terceraiberai; kisah akan kabut dan kegelapan; kisah akan ancaman dan ketersesatan dan kisah akan perseteruan. Yesus pun menenun kisah tentang manusia sebagai sebuah kisah tentang kelaparan, kehausan, ketelanjangan, penderitaan, dan kungkungan. Dan simpul dari semua kondisi manusia itu mengantar Paulus untuk melukiskan kisah manusia sebagai kisah tentang kematian.

Dalam kondisi manusi seperti inilah, Allah menenun kisah-Nya yang baru. Yehezkiel mempelihatkan kisah Allah sebagai Allah yang memperhatikan, Allah yang mencari, Allah yang merajut persekutan, Allah yang menyelamatkan dan melindungi serta Allah yang menyembuhkan dan mendamaikan. Demi perhatian, perlindungan, pendamaian, persekutuan, perolehan dan keselamatan manusia itu, Yesus melukiskan bagaimana Allah merasakan dan memperlihatkan dirinya

sebagai Allah yang lapar dan haus; Allah yang telanjang dan sakit; Allah yang diasingkan dan dikungkung. Simpul dari kisah Allah ini, kata Paulus,

adalah kisah tentang kehidupan manusia oleh Allah dengan mempertaruhkan diri-Nya sendiri.

Dua kisah - Manusia dan Allah memberi bobot perayaan hari ini; perayaan Kristus Raja Semesta Alam. Pada Kristus, Allah memperlihatkan diri-Nya sebagai Allah yang berubah dan mengubah, agar manusia berubah dan diubah. Pada Kristus menjadi nyata, Allah kita adalah Allah yang rela lapar dan haus, Allah yang rela telanjang dan dibelenggu; Allah yang menderita dan diasingkan; Allah yang rela wafat; agar kisah lama manusia diubah dan kisah baru tentang manusia ditenun; kisah tentang manusia yang bahagia, manusia yang selamat; manusia yang bangkit dan hidup.

Namun Yesus mengingatkan agar siapapun yang mengimani dan mengikuti-Nya, harus juga berani menenun hidup Allah dalam sejarah kembaranya.  Sebab  oleh baptisan, kita telah berjanji untuk menjadi sakramen-Nya dalam hidup di dunia. Dan oleh karena itu, pertanyaan di akhir ziarah kita hari ini adalah apakah kita telah memiliki mata Kristus dalam memandang sesame dan menjadi tanda serata sarana kehadiran dan karya keselamatan Kristus?

Pertanyaan ini penting untuk kita renungkan karena bila tidak direnungkan, sejarah kita sekedar sebuah pengulangan, kata George Santayana.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini