BERBAHAGIALAH
Hari ini aku kembali lagi untuk mulai
merangkai ziarah dalam susunan aksara untuk diabadikan dalam blogku ini,
setelah hampir tiga pekan kubiarkan kosong. Bukan seperti pebisnis yang meninggalkan
tempat usahanya dan pergi untuk mencari dan menemukan harta berharga, sehingga
ia kembali dan menjual harta bendanya demi membeli harta yang terpendam; hampir
tiga pekan aku tinggalkan parokiku untuk pergi mendiskusikan penjualan manusia
di pasar penjualannya yang laping marak, yakni NTT, tepatnya di Kemah
Tabor-Mataloko- Ngada. Di Kemah Tabor ini, kami seperti Petrus, Yakobus dan
Yohanes, mengalami pencahayaan melalui input para narasumber dan bagaimana
sebagai imam diosesan Indonesia. Kami membangun komitmen untuk berpastoral di
tengah arus migrasi.
Ada RD. Paschal Saturnus yang membagi
pengalamannya menghadapi persoalan human trafficking, karena bisnis ini
memiliki tali temali jejaring yang begitu rapih, karena melibatkan hampir semua
lembaga resmi Negara juga jaringan internasional. Ada bapak Agus mantan pelaku
penjualan manusia, yang kini telah bertobat dan menjadi guru. Ada Profesor Alo
Liliweri yang dalam penelitiannya menemukan betapa Gereja selalu terlambat
mengantisipasi kasus-kasus kemanusiaan yang sedang marak terjadi. Ada bupati
Andreas Parung, yang terus berupaya mewujudkan visi-misinya sebagai salah satu
tekad untuk meminimalisir arus migrasi marganya.
Refleksi atas gaya hidup menjual sesama
manusia, teristimewa para perempuan, yang sedang mewabah itu, ditutup hari ini
dengan seruan seorang perempuan kepada Yesus:” Berbahagialah Ibu yang
melahirkan dan menyusui Engkau. Namun Yesus bersabda,” Yang berbahagia adalah
mereka yang mendengar dan memelihara Sabda Allah”.
Begitulah seruan Yesus di akhir pekan
ke-XXVII hari ini. Seruan yang mencerahkan serentak menggugat. Ia mencerahkan
karena memang tak ada cahaya yang menerangi hidup seorang kristiani bila Sabda
Allah tak didengar. Bagaimanapun iman bertumbuh karena mendengar. Namun suara
Yesus ini serentak mengguat karena bagi Yesus Sabda Allah harus dipelihara. Memelihara
Sabda berarti membiarkan Sabda Allah itu bertumbuh, berkembang dan berbuah
dalam kehidupan seseorang. Memelihara Sabda berarti membersihkan semak belukar
yang menghimpit pertumbuhan. Memelihara Sabda berarti mencangkul,
menggemburkan, memberi pupuk, bila kondisi-kondisi tanah mulai keras dan mengalami
penyusutan.
Begitulah. Mendengar dan memelihara
Sabda Allah butuh dua keutamaan: keterbukaan dan komitmen. Keterbukaan tanpa
komitmen Sabda tak bertumbuh. Komitmen nihil keterbukaan, Sabda tak berbuah.
Saya menduga jangan-jangan NTT menjadi
sarang penjualan manusia, walau daerah ini adalah tanah subur iman kristiani,
karena keterbukaan dan komitmen terhadap Sabda Allah tak lagiu dimiliki oleh
kaum kristiani di wilayah ini. Demi pertumbuhan keduanya, termasuk untuk diriku,
Bunda Maria dihadirkan Tuhan. Ia dipuji manusia. Namun tak cukup. Ia teladan
yang harus diikuti. Itulah sebabnya mengapa Yesus selalu mempromosikannya Santa
Maria Bunda Allah, doakanlah kami. Jadikanlah hati kami seperti hatimu, agar
kami juga selalu berbahagia, tak lagi dikungkung nestapa.
Komentar
Posting Komentar